Friday, October 21, 2011

INTRODUCE MYSELF

sweet sacrifice    Muhammad Andik ALBUM PHOTO
Add captio

02 Surat AL-BAQARAH (Al Qur'an Dan Terjemahan)

BERANDA:www.andixmogerz.blogspot.com

  • andixmogerz other blog
  • http://www.linkinpark.com/
    Myself_burgerkill

    Can't explain my feeling don't know right words to say
    So I'll do what's right for me although it's wrong
    Confuse... confuse, feel like something in me died
    That's enough for me no needs to explain

    Nothing be my confident... Hurt!

    Hatred... Hatred, feel like everything burn
    Broken... Broken, scattered around the gutter

    I feel so guilty of being me
    I feel so waste of being me
    Dissapoint!

Wednesday, August 3, 2011


assalam alykum wr wb."tentang blog dan isi blog ini"

سْــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِيم

  siapapun yang melihat blog ini,mgkin berpikiran blog ini adalah blog paling gk mutu spanjang sejarah blogger,,boleh di baca,boleh dicopy,boleh di jadikan inspirasi barangkali bisa,terang aja blog ini sbagian jg inspirasi dr baca2 di banyak media,hasil copyan n pastinya sedikit tentang pengalaman hidup sendiri,hehehe.tentg khdupan pribadi,keterpurukan jg soal cinta dan motivasi brtahan hidup,soalnya pada dasarnya blog ini jg blog pribadi,cm orang2 deketq ae yg tau linknya.klo kbetulan ada yg tau jg,gak ada salahnya juga di liat,di pelototi he he hmmmm,wassalam alykum,salam mogerz.
YG MENCINTAIMU SELALU

dashyatnya sakaratul maut

Penulis: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sifat rahmah-Nya yang sempurna, senantiasa memberikan berbagai peringatan dan pelajaran, agar hamba-hamba-Nya yang berbuat kemaksiatan dan kezaliman bersegera untuk meninggalkannya dan kembali ke jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sementara hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang beriman akan bertambah sempurna keimanannya dengan peringatan dan pelajaran tersebut.
Namun, berbagai peringatan dan pelajaran baik berupa ayat-ayat kauniyah maupun syar’iyah tadi tidak akan bermanfaat kecuali bagi orang-orang yang beriman.
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Adz-Dzariyat: 55)
Di antara sekian banyak peringatan dan pelajaran, yang paling berharga adalah tatkala seorang hamba dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan sakaratul maut yang menimpa saudaranya. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ
“Tidaklah berita itu seperti orang yang melihat langsung.” (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Lihat Ash-Shahihah no. 135)
Tatkala ajal seorang hamba telah sampai pada waktu yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tentukan, dengan sebab yang Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan, pasti dia akan merasakan dahsyat, ngeri, dan sakit yang luar biasa karena sakaratul maut, kecuali hamba-hamba-Nya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala istimewakan. Mereka tidak akan merasakan sakaratul maut kecuali sangat ringan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (Qaf: 19)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ
“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya kematian ada masa sekaratnya.” (HR. Al-Bukhari)
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmah-Nya telah memberitahukan sebagian gambaran sakaratul maut yang akan dirasakan setiap orang, sebagaimana diadakan firman-Nya:
فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ. وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ. وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ. فَلَوْلَا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ. تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di tenggorokan, padahal kamu ketika itu melihat, sedangkan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (Al-Waqi’ah: 83-87)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Maka ketika nyawa sampai di tenggorokan’, hal itu terjadi tatkala sudah dekat waktu dicabutnya. ‘Padahal kamu ketika itu melihat’, dan menyaksikan apa yang dia rasakan karena sakaratul maut itu. ‘Sedangkan Kami (para malaikat) lebih dekat terhadapnya (orang yang akan meninggal tersebut) daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat mereka’ (para malaikat). Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan: Bila kalian tidak menginginkannya, kenapa kalian tidak mengembalikan ruh itu tatkala sudah sampai di tenggorokan dan menempatkannya (kembali) di dalam jasadnya?” (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 4/99-100)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ. وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ. وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ. وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ. إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke tenggorokan, dan dikatakan (kepadanya): ‘Siapakah yang dapat menyembuhkan?’, dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Rabbmu lah pada hari itu kamu dihalau.” (Al-Qiyamah: 26-30)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Ini adalah berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang keadaan orang yang sekarat dan tentang apa yang dia rasakan berupa kengerian serta rasa sakit yang dahsyat (mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala meneguhkan kita dengan ucapan yang teguh, yaitu kalimat tauhid di dunia dan akhirat). Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwasanya ruh akan dicabut dari jasadnya, hingga tatkala sampai di tenggorokan, dia meminta tabib yang bisa mengobatinya. Siapa yang bisa meruqyah? Kemudian, keadaan yang dahsyat dan ngeri tersebut disusul oleh keadaan yang lebih dahsyat dan lebih ngeri berikutnya (kecuali bagi orang yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala). Kedua betisnya bertautan, lalu meninggal dunia. Kemudian dibungkus dengan kain kafan (setelah dimandikan). Mulailah manusia mempersiapkan penguburan jasadnya, sedangkan para malaikat mempersiapkan ruhnya untuk dibawa ke langit.
Setiap orang yang beriman akan merasakan kengerian dan sakitnya sakaratul maut sesuai dengan kadar keimanan mereka. Sehingga para Nabi ‘alaihimussalam adalah golongan yang paling dahsyat dan pedih tatkala menghadapi sakaratul maut, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ
“Sesungguhnya manusia yang berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian yang semisalnya. Seseorang diuji sesuai kadar agamanya.” (Lihat Ash-Shahihah no. 132)
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
فَلَا أَكْرَهُ شِدَّةَ الْمَوْتِ لِأَحَدٍ أَبَدًا بَعْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم
“Aku tidak takut (menyaksikan) dahsyatnya sakaratul maut pada seseorang setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Al-Bukhari no. 4446)
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Para ulama rahimahumullah mengatakan bahwa apabila sakaratul maut ini menimpa para nabi, para rasul r, juga para wali dan orang-orang yang bertakwa, mengapa kita lupa? Mengapa kita tidak bersegera mempersiapkan diri untuk menghadapinya?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ هُوَ نَبَأٌ عَظِيمٌ. أَنْتُمْ عَنْهُ مُعْرِضُونَ
“Katakanlah: ‘Berita itu adalah berita yang besar, yang kamu berpaling darinya’.” (Shad: 67-68)
Apa yang terjadi pada para nabi ‘alaihimussalam berupa pedih dan rasa sakit menghadapi kematian serta sakaratul maut, memiliki dua faedah:
1. Agar makhluk mengetahui kadar sakitnya maut, meskipun hal itu adalah perkara yang tidak nampak. Terkadang, seseorang melihat ada orang yang meninggal tanpa adanya gerakan dan jeritan. Bahkan dia melihat sangat mudah ruhnya keluar. Alhasil, dia pun menyangka bahwa sakaratul maut itu urusan yang mudah. Padahal dia tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dirasakan oleh orang yang mati. Maka, tatkala diceritakan tentang para nabi yang menghadapi sakit karena sakaratul maut –padahal mereka adalah orang-orang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala pula yang meringankan sakitnya sakaratul maut pada sebagian hamba-Nya– hal itu akan memupus anggapan bahwa dahsyatnya sakaratul maut yang dirasakan dan dialami oleh mayit itu benar-benar terjadi –selain pada orang syahid yang terbunuh di medan jihad–, karena adanya berita dari para nabi ‘alaihimussalam tentang perkara tersebut1.

2. Kadang-kadang terlintas di dalam benak sebagian orang, para nabi adalah orang-orang yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana bisa mereka merasakan sakit dan pedihnya perkara ini? Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Kuasa untuk meringankan hal ini dari mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
أَمَّا إِنَّا قَدْ هَوَّنَّا عَلَيْكَ
“Adapun Kami sungguh telah meringankannya atasmu.”
Maka jawabannya adalah:
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلَاءً فِي الدُّنْيَا الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
“Sesungguhnya orang yang paling dahsyat ujiannya di dunia adalah para nabi, kemudian yang seperti mereka, kemudian yang seperti mereka.”2
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menguji mereka untuk menyempurnakan keutamaan-keutamaan serta untuk meninggikan derajat mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu bukanlah kekurangan bagi mereka dan bukan pula azab. (At-Tadzkirah, hal. 25-26)

Malaikat yang Bertugas Mencabut Ruh
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kekuasaan yang sempurna menciptakan malakul maut (malaikat pencabut nyawa) yang diberi tugas untuk mencabut ruh-ruh, dan dia memiliki para pembantu sebagaimana firman-Nya:
قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu’ kemudian hanya kepada Rabbmulah kamu akan dikembalikan.” (As-Sajdah: 11)
Asy-Syaikh Abdullah bin ‘Utsman Adz-Dzamari berkata: “Malakul maut adalah satu malaikat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala beri tugas untuk mencabut arwah hamba-hamba-Nya. Namun tidak ada dalil yang shahih yang menunjukkan bahwa nama malaikat itu adalah Izrail. Nama ini tidak ada dalam Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga tidak ada di dalam Sunnah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya menamainya malakul maut, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu’.” (As-Sajdah: 11)
Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi rahimahullahu berkata: “Ayat ini tidak bertentangan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ. ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ أَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ
“Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.” (Al-An’am: 61-62)
Karena malakul maut yang bertugas mencabut ruh dan mengeluarkan dari jasadnya, sementara para malaikat rahmat atau para malaikat azab (yang membantunya) yang bertugas membawa ruh tersebut setelah keluar dari jasad. Semua ini terjadi dengan takdir dan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, (maka penyandaran itu sesuai dengan makna dan wewenangnya).” (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 602)

1 Beliau mengisyaratkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَا يَجِدُ الشَّهِيدُ مِنْ مَشِّ الْقَتْلِ إِلاَّ كَمَا يَجِدُ أَحَدُكُمْ مِنْ مَشِّ الْقُرْصَةِ
“Orang yang mati syahid tidaklah mendapati sakitnya kematian kecuali seperti seseorang yang merasakan sakitnya cubitan atau sengatan.” (HR. At-Tirmidzi)
2 Lihat Ash-Shahihah no. 143.a
Sumber: http://asysyariah.com/print.php?id_online=807

sifat2 penghuni neraka

Penulis: Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc
Dalam surat Qaf, Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan beberapa sifat penghuni neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَالَ قَرِينُهُ هَذَا مَا لَدَيَّ عَتِيدٌ. أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ. مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُرِيبٍ. الَّذِي جَعَلَ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ
Dan yang menyertai dia berkata: “Inilah yang tersedia pada sisiku telah siap.” Allah berfirman: “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sesembahan yang lain beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat.” (Qaf: 23-26)
Dalam ayat-ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan bahwa qarin yang menyertai manusia, yakni malaikat yang ditugasi untuk mencacat amal bani Adam, mengatakan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Inilah yang tersedia pada sisiku telah siap.” Yakni orang tersebut dihadapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala oleh malaikat beserta catatan amalnya yang lengkap, tanpa ditambah dan dikurangi, serta siap untuk diberi balasan. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun memerintahkan kepada kedua malaikat-Nya yaitu malaikat yang sebagai saksi dan malaikat yang menggiringnya ke hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat.”
Dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut terdapat enam sifat orang yang bakal dilemparkan ke dalam Jahannam.
1. Orang yang sangat ingkar: yakni mereka yang sangat kafir, di mana berbagai macam kekafiran mereka lakukan baik berupa perbuatan maupun ucapan. Atau mereka yang kekafiran itu telah menguat dalam qalbunya.
2. Keras kepala: yakni membangkang terhadap kebenaran, menghadapinya dengan kebatilan sementara ia tahu kebenaran itu. Kalaupun kebenaran itu ditawarkan kepadanya, dia tidak mau menerimanya walaupun kebenaran itu begitu jelas. Akibatnya, ia akan banyak berbuat maksiat, berani menerjang larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Sangat menghalangi kebajikan: kebajikan di sini berarti segala macam kebajikan. Seolah-olah dia mencari-cari segala macam kebajikan untuk dia halangi sehingga dia menghalangi segala macam amal baik, dan yang terbesar adalah iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya, serta menghalangi seseorang untuk berdakwah kepadanya. Ia juga tidak menunaikan apa yang menjadi kewajibannya, tidak mau berbuat baik, bersilaturahmi, dan bershadaqah. Ia menghalangi dirinya sendiri untuk berjuang dengan harta dan badannya dalam perkara yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Melanggar batas: yakni melanggar batas-batas hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dan melanggar hak-hak makhluk, sehingga ia berbuat jahat kepada mereka. Yakni, bukan saja dia menghalangi seseorang untuk berbuat kebajikan, namun ia juga berbuat jahat kepadanya. Ini semacam perlakuan orang Quraisy terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka melarang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuat baik sekaligus mereka berbuat jahat kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana ia juga melampaui batas dalam membelanjakan hartanya. Qatadah rahimahullahu menafsirkan: “Yakni melampaui batas dalam bicara, jalan dan segala urusannya.”
5. Lagi ragu-ragu: yakni tertanam dalam dirinya keraguan dan kebimbangan. Demikian juga, ia membuat keraguan pada diri orang lain, baik keraguan dalam hal janji Allah Subhanahu wa Ta’ala ataupun ancaman-Nya, sehingga tiada iman dan kebaikan dalam dirinya.
6. Yang menyembah sesembahan yang lain beserta Allah Subhanahu wa Ta’ala: mencakup semua orang yang menghambakan diri dan menghinakan diri kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Untuk orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan:
فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ
“Maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat.”
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَخْرُجُ عُنُقٌ مِنَ النَّارِ يَتَكَلَّمُ يَقُوْلُ: وُكِلْتُ الْيَوْمَ بِثَلَاثَةٍ؛ بِكُلِّ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ، وَمَنْ جَعَلَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ، وَمَنْ قَتَلَ نَفْساً بِغَيْرِ نَفْسٍ فَتَنْطَوِي عَلَيْهِمْ فَتَقْذِفُهُمْ فِيْ غَمَرَاتِ جَهَنَّمِ
Sebuah leher keluar dari neraka, ia bisa berbicara. Ia pun mengatakan: “Pada hari ini aku dipasrahi (menyiksa) tiga golongan manusia: setiap orang yang sombong lagi membangkang, orang yang menjadikan sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala bersama-Nya, dan setiap orang yang membunuh sebuah jiwa bukan karena qishash.” Sehingga leher tersebut melilit mereka dan melemparkan mereka ke dalam dahsyatnya azab jahannam. (HR. Ahmad)
==================================================================================
Baca juga :

tawheed kaffah

Bismillahirrohmanirrohiim

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu." (Q.S. Al-Baqarah 2:208)

Ayat diatas merupakan seruan, perintah dan juga peringatan Allah yang ditujukan khusus kepada orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang mengakui Allah sebagai Tuhan satu-satunya dan juga mengakui Muhammad selaku nabi-Nya agar masuk kedalam agama Islam secara kaffah dan agar mau melakukan intropeksi diri, sudahkah kita benar-benar beriman didalam Islam secara kaffah ?

Allah memerintahkan kepada kita agar melakukan penyerahan diri secara sesungguhnya, lahir dan batin tanpa syarat hanya kepada-Nya tanpa diembel-embeli hal-hal yang bisa menyebabkan ketergelinciran kedalam kemusryikan.

Bagaimanakah jalan untuk mencapai Islam Kaffah itu sesungguhnya ?

Al-Qur'an memberikan jawaban kepada kita :

"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling darinya, padahal kamu mengerti." (Q.S. Al-Anfaal 8:20)

Jadi Allah telah menyediakan sarana kepada kita untuk mencapai Islam yang kaffah adalah melalui ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya serta tidak berpaling dari garis yang sudah ditetapkan.

Taat kepada Allah dan Rasul ini memiliki aspek yang sangat luas, akan tetapi bila kita mengkaji Al-Qur'an secara lebih mendalam lagi, kita akan mendapati satu intisari yang paling penting dari ketaatan terhadap Allah dan para utusan-Nya, yaitu melakukan Tauhid secara benar.


Tauhid adalah pengesaan kepada Allah.

Bahwa kita mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta yang tidak memiliki serikat ataupun sekutu didalam zat dan sifat-Nya sebagai satu-satunya tempat kita melakukan pengabdian, penyerahan diri serta ketundukan secara lahir dan batin.

Seringkali manusia lalai akan hal ini, mereka lebih banyak berlaku sombong, berpikiran picik laksana Iblis, hanya menuntut haknya namun melupakan kewajibannya. Tidak ubahnya dengan orang kaya yang ingin rumahnya aman akan tetapi tidak pernah mau membayar uang untuk petugas keamanan.


Banyak manusia yang sudah melebihi Iblis.

Iblis tidak pernah menyekutukan Allah, dia hanya berlaku sombong dengan ketidak patuhannya untuk menghormati Adam selaku makhluk yang dijadikan dari dzat yang dianggapnya lebih rendah dari dzat yang merupakan sumber penciptaan dirinya.

Manusia, telah berani membuat Tuhan-tuhan lain sebagai tandingan Allah yang mereka sembah dan beberapa diantaranya mereka jadikan sebagai mediator untuk sampai kepada Allah. Ini adalah satu kesyirikan yang besar yang telah dilakukan terhadap Allah.

"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah, juga terhadap al-Masih putera Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan melainkan agar menyembah Tuhan Yang Satu, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (Q.S. Al-Taubah 9:31)

"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa'atan, namun mereka berkata: "Mereka itu penolong-penolong kami pada sisi Allah !". Katakanlah:"Apakah kamu mau menjelaskan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit-langit dan dibumi ?" ; Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan." (Q.S. Yunus 10:18)

Penyakit syirik ini dapat mengenai dan menyertai siapa saja, tidak terkecuali didalam orang-orang Islam yang mengaku bertauhid. Untuk itulah Allah memberikan perintah internal kepada umat Muhammad ini agar sebelum mereka melakukan Islamisasi kepada orang lain, dia harus terlebih dahulu mengIslamkan dirinya secara keseluruhan alias Kaffah dengan jalan mentaati apa-apa yang sudah digariskan dan dicontohkan oleh Rasul Muhammad SAW.

Bagaimana orang Islam dapat melakukan satu kesyirikan kepada Allah, yaitu satu perbuatan yang mustahil terjadi sebab dia senantiasa mentauhidkan Allah ?

Sejarah mencatatkan kepada kita, berapa banyak orang-orang Muslim yang melakukan pemujaan dan pengkeramatan terhadap sesuatu hal yang sama sekali tidak ada dasar dan petunjuk yang diberikan oleh Nabi.

Dimulai dari pemberian sesajen kepada lautan (baritan), pemandian keris, peramalan nasib, pemakaian jimat, pengagungan kuburan, pengkeramatan terhadap seseorang dan seterusnya dan selanjutnya. Inilah satu bentuk kesyirikan terselubung yang terjadi didalam diri dan tubuh kaum Muslimin kebanyakan.

Mereka lebih takut kepada tokoh Roro Kidul ketimbang kepada Allah, mereka lebih hormat kepada kyai ketimbang kepada Nabi. Mereka lebih menyukai membaca serta mempercayai isi kitab-kitab primbon dan kitab-kitab para ulama atau imam Mazhab tertentu ketimbang membaca dan mempercayai kitab Allah, Al-Qur'anul Karim.

Adakah orang-orang yang begini ini disebut sebagai Islam yang kaffah ?

Sudah benarkah cara mereka beriman kepada Allah ?

Saya yakin, kita semua membaca Al-Fatihah didalam Sholat, dan kita semua membaca "Iyyaka na'budu waiyya kanasta'in" yang artinya : "Hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami mengabdi dan hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami memohon pertolongan"

Ayat ini berindikasikan penghambaan kita kepada Allah dan tidak memberikan sekutu dalam bentuk apapun sebagaimana juga isi dari surah Al-Ikhlash :

"Katakan : Dialah Allah yang Esa. Allah tempat bergantung. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada bagi-Nya kesetaraan dengan apapun." (Q.S. Al-Ikhlash 112:1-4)

Hanya sayangnya, manusia terlalu banyak yang merasa angkuh, pongah dan sombong yang hanyalah merupakan satu penutupan dari sifat kebodohan mereka semata sehingga menimbulkan kezaliman-kezaliman, baik terhadap diri sendiri dan juga berakibat kepada orang lain bahkan hingga kepada lingkungan.

Untuk mendapatkan kekayaan, kedudukan maupun kesaktian, tidak jarang seorang Muslim pergi kedukun atau paranormal, memakai jimat, mengadakan satu upacara ditempat-tempat tertentu pada malam-malam tertentu dan di-ikuti pula dengan segala macam puasa-puasa tertentu pula yang tidak memiliki tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya.

Apakah mereka-mereka ini masih bisa disebut sebagai seorang Islam yang Kaffah ?

Dengan tindakan mereka seperti ini, secara tidak langsung mereka sudah meniadakan kekuasaan Allah, mereka menjadikan semuanya itu selaku Tuhan-tuhan yang berkuasa untuk mengabulkan keinginan mereka.

"Dan sebagian manusia, ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Tetapi orang-orang yang beriman adalah amat sangat cintanya kepada Allah." (Q.S. Al-Baqarah 2:165)

Kepada orang-orang seperti ini, apabila diberikan peringatan dan nasehat kepada jalan yang lurus, mereka akan berubah menjadi seorang pembantah yang paling keras.

"Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah." (Q.S. Al-Kahfi 18:54)

"Tidakkah engkau pikirkan orang-orang yang membantah tentang kekuasaan-kekuasaan Allah ? Bagaimana mereka bisa dipalingkan ?" (Q.S. Al-Mu'min 40:69)

Orang-orang sekarang telah banyak yang salah pasang ayat, mereka katakan bahwa apa yang mereka lakukan itu bukanlah suatu kesyirikan melainkan satu usaha atau cara yang mesti ditempuh, sebab tanpa usaha Tuhan tidak akan membantu.

Memang benar sekali, tanpa ada tindakan aktif dari manusia, maka tidak akan ada pula respon reaktif yang timbul sebagai satu bagian dari hukum alam sebab-akibat. Akan tetapi, mestikah kita mengaburkan akidah dengan dalil usaha ?

Anda ingin kaya maka bekerja keras dan berhematlah semampu anda, anda ingin mendapatkan penjagaan diri maka masukilah perguruan-perguruan beladiri entah silat, karate, kempo, tenaga dalam dan sebagainya.

Anda ingin pintar maka belajarlah yang rajin begitu seterusnya yang pada puncak usaha itu haruslah dibarengi dengan doa kepada Allah selaku penyerahan diri kepada sang Pencipta atas segala ketentuan-Nya, baik itu untuk ketentuan yang bagus maupun ketentuan yang tidak bagus.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah 2:216)

"Yang demikian itu adalah nasehat yang diberikan terhadap orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, karena barang siapa berbakti kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan bagi mereka satu pemecahan; dan Allah akan mengaruniakan kepadanya dari jalan yang tidak ia sangka-sangka; sebab barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan menjadi pencukupnya. Sesungguhnya Allah itu pelulus urusan-Nya, sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap sesuatu." (Q.S. At-Thalaq 65:2-3)

Bukankah hampir semua dari kita senantiasa hapal dan membaca ayat dibawah ini dalam doa iftitahnya ?

"Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan sekalian makhluk, tiada serikat bagi-Nya, karena begitulah aku diperintahkan." (Q.S. Al-An'aam 6:162-163)

Anda membutuhkan perlindungan dari segala macam ilmu-ilmu jahat, membutuhkan perlindungan dari orang-orang yang bermaksud mengadakan rencana yang jahat dan keji, maka berimanlah anda secara sungguh-sungguh kepada Allah dan Rasul-Nya, InsyaAllah, apabila anda benar-benar Kaffah didalam Islam, Allah akan menepati janji-Nya untuk memberikan Rahmat-Nya kepada kita.

"Dan ta'atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat." (Q.S. Ali Imran 3:132)

Rahmat Allah itu tidak terbatas, Rahmat bisa merupakan satu perlindungan, satu pengampunan, Kasih sayang dan juga bisa berupa keridhoan yang telah diberikan-Nya kepada kita.

Apakah anda tidak senang apabila Tuhan meridhoi anda ?

Seorang anak saja, apabila dia telah mendapatkan restu dan ridho dari kedua orangtuanya, anak tersebut akan memiliki ketenangan dan penuh suka cita didalam melangkah, apakah lagi ini yang didapatkan adalah keridhoan dari Ilahi, Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk, yang berkuasa atas segala sesuatu ?

Jika Allah ridho kepada kita, maka percayalah Allah akan membatalkan dan mengalahkan musuh-musuh kita. Maka dari itu berkepribadian Kaffah-lah didalam Islam, berimanlah secara tulus dan penuh kesucian akidah.

Al-Qur'an pun memberikan gambaran :

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran" (Q.S. 2 Al-Baqarah: 186)

Kita lihat, Allah akan mendengar doa kita, Dia akan memberikan Rahmat-Nya kepada kita dengan syarat bahwa terlebih dahulu kita harus mendengarkan dan percaya kepada-Nya, mendengar dalam artian mentaati seluruh perintah yang telah diberikan oleh Allah melalui para Nabi dan Rasul-Nya, khususnya kepada Rasul Muhammad SAW selaku Nabi terakhir yang universal

Tidak perlu anda mendatangi tempat-tempat keramat untuk melakukan tapa-semedi, berpuasa sekian hari atau sekian malam lamanya dengan berpantang makan ini dan makan itu atau juga menyimpan, menggantung jimat sebagai penolak bala, pemanis muka, atau sebagai aji wibawa.

Ambillah Al-Qur'an, bacalah dan pelajarilah, amalkan isinya ... maka dia akan menjadi satu jimat yang sangat besar sekali yang mampu membawa anda tidak hanya lepas dari derita dunia yang bersifat temporary, namun juga derita akhirat yang bersifat long and abide.

Yakinlah, bahwa sekali anda mengucapkan kalimah "Laa ilaaha illallaah" (Tiada Tuhan Selain Allah), maka patrikan didalam hati dan jiwa anda, bahwa jangankan ilmu-ilmu jahat, guna-guna, santet, Jin, Iblis apalagi manusia dengan segenap kemampuannya, Tuhan-pun tidak ada.

Kenapa demikian ?

Sebab dunia ini telah dibuat terlalu banyak memiliki Tuhan-tuhan, semua berhala-berhala yang disembah oleh manusia dengan beragam caranya itu tetap dipanggil Tuhan oleh mereka, entah itu Tuhan Trimurti, Tuhan Tritunggal, Tuhan anak, Tuhan Bapa, Tuhan Budha dan seterusnya.

Manusiapun sudah menjadikan harta, istri dan anak-anak sebagai Tuhan, menjadikan para Ulama dan Kyai sebagai Tuhan, menjadikan perawi hadits sebagai Tuhan, menjadikan keluarga Nabi sebagai Tuhan dan seterusnya.

Karena itu Tauhid yang murni adalah Tauhid yang benar-benar meniadakan, menafikan segala macam jenis bentuk ketuhanan yang ada, untuk kemudian disusuli dengan keberimanan, diikuti dengan keyakinan, mengisi kekosongan tadi dengan satu keberadaan, bahwa yang ada dan kita akui hanyalah Tuhan yang satu, tanpa berserikat dan esa dalam berbagai penafsiran.

Itulah intisari dari Iman didalam Islam, intisari seluruh ajaran dan fatwa para Nabi terdahulu, dimulai dari Nuh, Ibrahim terus kepada Ismail, Ishak, Ya'kub, Musa hingga kepada 'Isa al-Masih dan berakhir pada Nabi Muhammad SAW.

Itulah senjata mereka, itulah jimat yang mereka pergunakan didalam menghadapi segala jenis kebatilan, segala macam kedurjanaan yang tidak hanya datang dari manusia namun juga datang dari syaithan yang terkutuk.

Dalam salah satu Hadits Qudsi-Nya, Allah berfirman :

"Kalimat Laa ilaaha illallaah adalah benteng pertahanan-Ku, dan barangsiapa yang memasuki benteng-Ku, maka ia aman dari siksaan-Ku." (Riwayat Abu Na'im, Ibnu Hajar dan Ibnu Asakir dari Ali bin Abu Thalib r.a.)

Nabi Muhammad Saw juga bersabda :

"Aku sungguh mengetahui akan adanya satu kalimat yang tidak seorangpun hamba bilamana mengucapkannya dengan tulus keluar dari lubuk hatinya, lalu ia meninggal, akan haram baginya api neraka. Ucapan itu adalah : Laa ilaaha illallaah." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Untuk itu, marilah sama-sama kita memulai hidup Islam yang kaffah sebagaimana yang sudah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul, sekali kita bersyahadat didalam Tauhid, maka apapun yang terjadi sampai maut menjemput akan tetap Allah sebagai Tuhan satu-satunya yang tiada memiliki anak dan sekutu-sekutu didalam zat maupun sifat-Nya.

Cobalah anda ikrarkan : Apapun yang terjadi sampai saya mati akan tetap berpegang kepada Laa ilaaha illallaah.

Segera kita tanggalkan segala bentuk kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau khurafat, kita ikuti puasa yang diajarkan oleh Islam, kita contoh prilaku Nabi dalam keseharian, kita turunkan berbagai rajah dan tulisan-tulisan maupun bungkusan-bungkusan hitam yang kita anggap sebagai penolak bala atau juga pemanis diri yang mungkin kita dapatkan dari para dukun, paranormal atau malah juga kyai.

Nabi Muhammad Saw bersabda :

"Barangsiapa menggantungkan jimat penangkal pada tubuhnya, maka Allah tidak akan menyempurnakan kehendaknya."  (Hadist Riwayat Abu Daud dari Uqbah bin Amir)

"Ibnu Mas'ud berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, mantera-mantera, tangkal dan guna-guna adalah syirik."  (Hadist Riwayat Ahmad dan Abu Daud )

"Sa'id bin Jubir berkata: orang yang memotong atau memutuskan tangkal (jimat) dari manusia, adalah pahalanya bagaikan memerdekakan seorang budak." (Diriwayatkan oleh Waki')

Percayalah, Allah adalah penolong kita.

"Sesuatu bahaya tidak mengenai melainkan dengan idzin Allah." (Q.S. At-Taghabun 64:11)

"Hai orang-orang yang beriman, ingatlah ni'mat Allah kepadamu tatkala satu kaum hendak mengulurkan tangannya untuk mengganggu, lalu Allah menahan tangan mereka daripada (sampai) kepada kamu; dan berbaktilah kepada Allah; hanya kepada Allah sajalah hendaknya Mu'minin berserah diri." (Q.S. Al-Maidah 5:11)

Apabila setelah kita melepaskan seluruh kebiasaan buruk tersebut kita mendapatkan musibah, bukan berarti Allah berlepas tangan pada diri kita dan kitapun bertambah mendewakan benda-benda, ilmu-ilmu yang pernah kita miliki sebelumnya.

Akan tetapi Allah benar-benar ingin membersihkan kita dari segala macam kemunafikan, menyucikan akidah kita, hati dan pikiran kita sehingga benar-benar berserah diri hanya kepada-Nya semata.

"Apakah manusia itu menyangka bahwa mereka akan dibiarkan berkata: "Kami telah beriman", padahal mereka belum diuji lagi ?" (Q.S. Al-Ankabut 29:2)

"Dan sebagian dari manusia ada yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", tetapi manakala ia diganggu dijalan Allah, maka ia menjadikan percobaan manusia itu seperti adzab dari Allah; dan jika datang pertolongan dari Tuhan-mu, mereka berkata: "Sungguh kami telah berada bersamamu."; Padahal bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada-dada makhluk?"  (Q.S. Al-Ankabut 29:10)

"Dan sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan mengetahui orang-orang yang munafik." (Q.S. Al-Ankabut 29:11)

Nabi juga bersabda :

"Bilamana Allah senang kepada seseorang, senantiasa menimpakan cobaan baginya supaya didengar keluh kesahnya."  (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Bagaimana bila sebagai satu konsekwensi dari usaha kembali kepada jalan Allah tersebut kita gugur ? Jangan khawatir, Allah telah berjanji bagi orang-orang yang sudah bertekad untuk kembali pada kebenaran :

"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan." (Q.S. At-Taubah 9:20)

"Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik".  (Q.S. Ali Imran 3:195)

"Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar." (Q.S. An-Nisa' 4:74)

Kembali kejalan Allah adalah satu hijrah yang sangat berat, godaan dan gangguan pasti datang menerpa kita dan disanalah kita dipesankan oleh Allah untuk melakukan jihad, melakukan satu perjuangan, melibatkan diri dalam konflik peperangan baik dengan harta maupun dengan jiwa (tentunya ini tidak berlaku bagi mereka yang cuma melakukan teror dengan membunuh diri).

Dengan harta mungkin kita harus siap apabila mendadak jatuh miskin atau juga melakukan kedermawanan dengan menyokong seluruh aktifitas kegiatan umat Islam demi tegaknya panji-panji Allah; berjihad dengan jiwa artinya kita harus mempersiapkan mental dan phisik dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi akibat ketidak senangan sekelompok orang atau makhluk dengan hijrah yang telah kita lakukan ini.

Apakah anda akan heran apabila pada waktu anda masih memegang jimat anda merupakan orang yang kebal namun setelah jimat anda tanggalkan anda mendadak bisa tergores oleh satu benturan kecil ditempat tidur ? Bagaimana anda memandang keperkasaan seorang Nabi yang agung yang bahkan dalam perperanganpun bisa terluka dan juga mengalami sakit sebagaimana manusia normal ?

Percayalah, berilmu tidaknya anda, berpusaka atau tidak, bertapa maupun tidaknya anda bukan satu hal yang serius bagi Allah apabila Dia sudah menentukan kehendak-Nya kepada kita.

"Berupa apa saja rahmat yang Allah anugerahkan kepada manusia, maka tidak ada satupun yang bisa menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Gagah, yang Bijaksana." (Q.S. Fathir 35:2)

Apabila memang sudah waktunya bagi kita untuk mendapatkan musibah (baik itu berupa maut dan lain sebagainya) maka dia tetap datang tanpa bisa kita mundurkan atau juga kita majukan, tidak perduli anda punya ilmu, punya jimat atau seberapa tinggi kedudukan sosial anda.

"Bagi tiap-tiap umat ada batas waktunya; maka apabila telah datang waktunya maka mereka tidak dapat meminta untuk diundurkan barang sesaatpun dan tidak dapat meminta agar dimajukan."  (Q.S  Al-A'raf 7:34)

"Masing-masing Kami tolong mereka ini dan mereka itu, sebab tidaklah pemberian Tuhanmu itu terhalang."  (Q.S. Al-Israa 17:20)

Demikianlah, semoga kita semua bisa mendapatkan hikmah dari tulisan ini dan sebagai bahan renungan, apakah kita sudah ber tauhid dengan benar?

Artikel terkait --->

BERAGAMA ISLAM TAPI KEKAL DI NERAKA

Beragama Islam Tapi Kekal di Neraka
Pada postingan kali sengaja saya ingin berbagi sekaligus sebagai bahan renungan buat kita semua yang masih menganggap remeh berbuat dosa dan maksiat, yang masih menganggap remeh siksa neraka. Pemahaman ini sangat penting diketahui oleh kita semua umat Islam agar kita tidak mudah berbuat dosa karena merasa telah mendapat jaminan surga.

Saya pernah bertanya kepada salah seorang teman mengapa ia begitu mudahnya berbuat dosa dan maksiat. Apakah ia tidak takut neraka? Ia menjawab, ”Yang penting kita tetap beragama Islam. Orang Islam kan dijamin masuk surga walau harus mampir ke neraka dahulu untuk membersihkan dosa-dosa. Kita bukan nabi jadi tidak lepas dari dosa. Akan tetapi kita tidak selamanya di neraka. Sebesar apa pun dosa, pada akhirnya kita pasti akan diangkat ke surga.“  Apakah betul begitu..?

Dan untuk jawaban teman saya tersebut, Allah telah berfirman :

"Dan mereka berkata,:Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja“.’Katakanlah, ”Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?“ (81). (Bukan demikian), yang benar: Barang siapa berbuat dosa & ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.“ (Q.S. Al Baqarah [2]: 80-81)

Rupanya dia merasa mau tidak mau pasti mampir dahulu ke neraka untuk membersihkan dosa-dosanya dan kemudian diangkat ke surga yang kekal. Akibatnya neraka menjadi sesuatu hal yang biasa. Banyak di antara umat Islam yang mempunyai keyakinan pasti masuk neraka karena sebagai manusia biasa tidak akan bisa luput dari dosa. Namun, sebesar apa pun dosanya, mereka juga yakin pada akhirnya akan masuk surga juga asalkan tetap beragama Islam. Pemahaman inilah yang menyebabkan mereka tidak takut lagi pada neraka dan karena itu tidak takut berbuat maksiat. Pokoknya yang penting tetap beragama Islam.

Jika hanya mengucapkan tiada Tuhan selain Allah lantas masuk surga, tentu Fir’aun juga masuk surga karena sebelum matinya ia sempat mengucapkan syahadat. Seperti yang tertera dalam Alquran,

Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka). Hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: ‘Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang Islam.“ (Q.S. Yunus [10]: 90)

Jadi, menurut Alquran, seseorang masuk surga bukan karena mengucapkan tiada Tuhan selain Allah semata, melainkan mesti dibuktikan dengan keteguhan (istiqomah) dalam menghadapi berbagai cobaan atau ujian dari Allah swt.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Kapankah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.“ (Q.S.Al-Baqarah [2]: 214)

Ucapan Fir’aun yang mengakui tiada Tuhan selain Allah tidak diterima karena ia tidak mempunyai waktu lagi untuk membuktikan keimanannya.

Jadi, jelas, mengucap syahadat saja tidak cukup untuk meraih surga. Selama ini saya pun terkadang ringan melakukan dosa karena merasa telah menggenggam jaminan surga walau harus membersihkan dosa terlebih dahulu di neraka. Kini saya sadari bahwa itu keliru. Ternyata pemahaman seperti itu pernah muncul pada jaman Nabi Muhammad saw., tapi dibantah oleh Allah melalui firman-Nya dalam Alquran.

Kita semua pasti mempunyai dosa, lalu apakah dengan begitu kita akan kekal di neraka? Lalu siapakah yang dimaksud sebagai orang yang berdosa sehingga kekal di neraka tersebut?

Yang dimaksud orang yang berdosa dan kekal di neraka adalah orang yang datang kepada Allah dengan membawa sisa dosa seperti yang telah disebutkan dalam Surat Almukminuun ayat 103 dan Ali Imran ayat 162-163.

Dan barang siapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.“ (Q.S. Al-Mukminuun [23] : 103)

"Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya adalah (neraka) Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (163). (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (Q.S. Ali Imran [3]: 162-163)

Ayat tersebut ditujukan kepada kita. Sehingga, yang dimaksud dengan ”mereka“ pada ayat di atas adalah orang yang banyak berbuat keburukan atau dikuasai oleh kejahatan. Orang yang telah dikuasai oleh kejahatan akan kekal di neraka. Artinya, dia akan tinggal selamanya (abadi) dan tidak bisa keluar dari neraka. Seperti yang telah Allah tegaskan dalam Alquran:

"Dan sesungguhnya orang-orang yang banyak berbuat jahat (al-fujjar atau durhaka) benar-benar berada dalam neraka. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu". (Q.S. Al Infithaar [82]: 14-16)

Al-fujjar merupakan julukan kepada orang yang banyak berbuat kemaksiatan (kejahatan). Lawan katanya adalah al-abror, yaitu orang yang banyak berbuat kebaikan.

Jadi jelas, bagi kita yang banyak melakukan perbuatan dosa melebihi kebaikan yang dilakukan, tempat kembalinya adalah neraka. Ironisnya, kita tidak akan bisa keluar dari sana alias kekal selama-lamanya. Lantas, apa gunanya kita hidup di dunia ini jika pada akhirnya kita harus menanggung siksa neraka selama-lamanya? Karena itu perbanyaklah perbuatan baik agar kita memeperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat.

Mengapa orang yang ringan timbangan kebaikannya kekal di neraka dan tidak bisa keluar dari sana selama-lamanya? Bukankah dia masih memiliki timbangan kebaikan? Bukankah Allah akan memperhitungkan setiap amal kebaikan kita walaupun sekecil biji zarah? Jawabannya ada pada Alquran

”... Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.“ (Q.S. Huud [11]: 114)

Menurut ayat di atas, amal kebaikan kita bisa dipakai untuk menghapus keburukan yang kita perbuat. Jika kebaikan kita sangat sedikit, maka kebaikan kita tidak cukup untuk menghapus seluruh keburukan. Akibatnya, kebaikan kita habis untuk menghapus keburukan. Yang tersisa ialah keburukan. Itulah yang disebut dengan orang yang merugi.

Dalam perdagangan, orang yang rugi ialah mereka yang pemasukannya lebih sedikit dari pengeluaran. Dalam bahasan kita kali ini, orang yang rugi ialah mereka yang kebaikannya lebih sedikit daripada keburukannya. Jika tidak ada yang tersisa kecuali keburukan, wajar jika ia tidak bisa masuk surga. Dia kekal di neraka dan tidak bisa keluar dari dalamnya.

Hitungan sederhananya adalah sebagai berikut. Misalnya pahala kebaikan kita berjumlah 30 dan dosa kita berjumlah 90. Itu artinya timbangan kebaikan kita lebih ringan dari keburukan. Lalu apa yang akan terjadi? Seperti yang telah disebutkan dalam Q.S. 11 :114, amal kebaikan akan menghapus dosa. Jika keburukan 90 dikurangi pahala 30, akan tersisa keburukan 60. Sedangkan pahala atau kebaikan kita telah habis untuk menutupi dosa-dosa kita. Dengan demikian, Allah masih memperhitungkan amal kebaikan kita.

Siksaan bagi seseorang yang memiliki sisa keburukan 60, tentu akan berbeda dengan seseorang yang memiliki sisa keburukan 6 juta. tentu saja hitungan tersebut hanya adalah perumpamaan.

"Apakah orang yang mengikuti kerida-an Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya adalah (neraka) Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (Q.S. Ali Imran [3]: 162-163)

Meskipun demikian, sekecil apa pun sisa dosa mereka, tetap saja siksaan neraka tidak ada yang ringan. Menurut sebuah hadis Nabi yang pernah saya dengar, orang yang paling ringan siksaannya di neraka ialah orang yang kakinya dipanggang sehingga otaknya meletup karena mendidih. Di atas semua itu, yang lebih mengerikan ialah kita tidak bisa keluar dari neraka itu buat selama-lamanya.

Dalam Alquran surat Al-Mukminuun ayat 103, Allah menyatakan jika kebaikan kita sedikit, kita termasuk orang-orang yang merugi (bangkrut) karena kebaikan kita tidak mencukupi untuk menutupi keburukan (dosa) yang kita kerjakan. Jadilah kita sekarang tidak mempunyai sisa pahala kebaikan sedikit pun dan akan menghadap Allah dalam keadaan membawa sisa dosa dan disebut sebagai orang yang berdosa.

Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahanam.“ (Q.S. Az-Zukhruf [43]: 74)

Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.“ (Q.S. Thahaa [20]: 74)

"Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya.(9). Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah." (Q.S. Al Qaari’ah [101]: 8-9)

Allah menegaskan kembali dalam Q.S. Al-A’raf:

Dan barang siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.“ (Q.S.Al-A’raf [7]: 9)

Bagi kita yang sudah terlalu banyak berbuat dosa, jangan putus harapan. Selagi nafas masih dikandung badan, Allah menyediakan dua fasilitas berupa maghfirah (ampunan) yang besar dan kaffarah (tutupan) yg akan menghapus seluruh dosa-dosa kita, tidak peduli sebesar apa dosa itu. Syaratnya hanya dua: memohon ampun dan bertaubat. Kita tidak cukup hanya memohon ampun, tetapi mesti bertaubat.

Mari kita pergunakan kesempatan yang masih tersisa ini. Jangan menunda taubat karena kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Jika malaikat maut datang menjemput sementara kita belum sempat bertaubat, yg tersisa ialah penyesalan. Sebuah penyesalan yg sangat besar karena kita akan memasuki api neraka untuk selama-lamanya.

Artikel terkait :



Setiap tahun, para ahli hisab dan rukyat sibuk berdebat dengan ahli astronomi mengenai penentuan awal bulan Ramadhan.



Pikir dan dzikir adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam hidup dan kehidupan ini, seorang siswa yang belajar bisa



Dalam berinteraksi dengan Al qur'an, umat Islam saat ini berada di antara 4 situasi :
Pertama, tersebutlah dalam sebuah cerita bahwa



Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan.

Saturday, August 6, 2011

Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

oleh Muhammad Andik pada 21 Oktober 2011 jam 23:18

Penulis : Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, kita semua tentu menginginkannya. Hanya yang perlu untuk kita pertanyakan bagaimana cara untuk meraih keduanya. Sementara, kita yakini bersama bahwa Islam adalah agama yang ajarannya universal (menyeluruh). Islam satu-satunya agama yang mendapatkan legitimasi (pengakuan) dari Sang Pemiliknya Jalla Sya’nuhu.
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin. Tidak didapatkan satu ajaranpun dalam Islam yang merugikan para pemeluknya, tidak ditemukan satu prinsippun dalam Islam yang mencelakakan para penganutnya. Tetapi pada kenyataannya banyak kalangan yang hanya menitikberatkan perhatiannya pada dunia dan bagaimana cara untuk mendapatkannya.
Padahal Allah telah mengingatkan kita dengan firman-Nya, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridloannya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al Hadid: 20).

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka telah usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Huud: 15-16).
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, petunjuk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah sebaik-baik petunjuk. Siapa yang mengambilnya ia akan bahagia dan yang meninggalkannya akan celaka. Allah berfirman, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS An Nuur: 63).
Terbukti generasi yang bersamanya, yakni generasi para sahabat meraih gelar terbaik umat ini, karena mereka mengambil petunjuknya. Itulah mereka para sahabat yang telah berhasil meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Bagaimana tidak, sedang mereka mendapatkan bimbingan tauhid selama kurang lebih 13 tahun hingga akhirnya mereka memiliki landasan yang kokoh dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, tauhid itulah sebagai landasan yang menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Sebab mentauhidkan Allah adalah tujuan diciptakannya manusia. Allah berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzariyaat: 56). Ibnu Katsir berkata: makna “ya’buduun” dalam ayat ini adalah “yuwahhiduun” (mentauhidkan Allah). Al Imam Al Baghowi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Ibnu Abbas RA mengatakan: “Setiap perintah beribadah dalam Al Qur’an maka maknanya adalah tauhid.”
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, bagaimana tidak dikatakan bahwa tauhid sebagai landasan yang akan menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan Allah meridloi ahli tauhid. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya Allah meridloi kalian tiga perkara: kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berpegang teguh dengan tali Allah semuanya dan jangan bercerai berai, dan memberikan nasihat kepada orang yang Allah jadikan pemimpin atas urusan-urusan kalian.” (HR Muslim dari Abu Hurairoh).
Itulah tauhid, tauhid adalah sebagai jalan untuk mendapatkan dua kebahagiaan tersebut, sebab dengan menegakkan tauhid berarti menegakkan keadilan yang paling adil. Sementara tujuan Allah mengutus rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya adalah supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Allah berfirman, “Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyatam dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS Al Hadiid: 25).
Tauhid sebagai landasan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat karena keamanan serta petunjuk di dunia dan akhirat hanya akan dicapai oleh para ahli tauhid. Allah berfirman, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al An’aam: 82). Berkata Ibnu Katsir pada ayat ini: “Yaitu mereka yang memurnikan ibadahnya untuk Allah saja dan tidak berbuat kesyirikan dengan sesuatu apapun, mereka mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan petunjuk di dunia dan akhirat.”
Jadi memang tauhidlah yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki. Karena khilafah di muka bumi serta kehidupan yang damai, aman, dan sentosa berbangsa dan benegara hanya akan diraih melalui tauhid. Allah berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.
Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridloinya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, semula mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An Nuur: 55).
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, ahli tauhid mereka orang-orang yang akan mendapatkan jaminan surga dari Allah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya, ia akan masuk neraka.” (HR Muslim dari Jabir bin Abdillah). Ahli tauhid mereka orang-orang yang akan berbahagia dengan syafa’atnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Abu Hurairoh bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam, “Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan ‘laa ilaaha illallah’ ikhlas dari lubuk hatinya.” (HR Bukhori dari Abi Hurairoh).
Ahli tauhid mereka orang-orang yang terjaga dan terpelihara darah dan hartanya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukannya, mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali dengan hak-hak Islam, dan perhitungannya atas Allah.” (HR Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar).
Demikianlah para pembaca -kaum muslimin- tauhid adalah rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat, karena yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba adalah tauhid. Allah berfirman, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilah yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS Al Anbiyaa: 25).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata kepada sahabat Muadz bin Jabal RA ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari Ahli Kitab. Jika Engkau mendatanginya maka serukanlah kepada mereka supaya mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah -yang berhak untuk diibadahi- kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Ibnu Abbas RA).
Imam Al Hafizh Al Hakami mengatakan, “Kewajiban pertama atas hamba, mengenal Ar Rahmaan (Allah) dengan tauhid.” Dan tauhid juga yang menjadi kewajiban terakhir atas seorang hamba, ketika menjelang kematiannya Abu Tholib, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam datang menemuinya dan berkata, “Wahai paman, ucapkanlah ‘laa ilaaha illallah’, kalimat yang menjadi hujjah untukmu di sisi Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Sa’id ibnul Musayyab dari bapaknya (Musayyab)).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapannya ‘laa ilaaha illallah’, ia akan masuk surga.” Semoga Allah memberikan taufiq kepada yang dicintai dan diridloinya. Amin ya Mujibas sailiin.
(Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf dari Bulletin al Wala wal Bara Edisi ke-7 Tahun ke-1 / 24 Januari 2003 M / 21 Dzul Qo’dah 1423 H. Judul asli Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat. Url sumber http://fdawj.atspace.org/awwb/th1/7.htm)

    Wednesday, August 3, 2011

    ALBUM PURGATORY 7:172



    Di album 7:172 ada salah satu lagu yg berjudul M.O.G.S.A.W, singkatan dari Messenger Of GOD Shalallahu 'Alaihi Wassalam.

    MOGerz adalah istilah bagi orang-orang yang pro dengan Purgatory, mulai digunakan sejak masa release album 7:172 ini. Beberapa saat setelah itu, kami mulai risih dengan kata-kata MOGerz adalah istilah buat "fans" dari Purgatory, tapi pada masa-masa itu belum ada solusi untuk mengatasi risih ini. Bagaimana kami tidak risih, seharusnya istilah MOGerz ini diperuntukkan bagi para fans dan pengikut Messenger Of GOD صلى الله عليه وسلم, bukan fans dari Purgatory. Karena kami sendiri juga adalah MOGerz, fans dan pengikut Rasulullah صلى الله عليه وسلم, alhamdulillah.

    Sekarang apabila media bertanya "apakah itu MOGerz?", kami tidak pernah lagi bilang fans/penggemar, tapi kami bilang MOGerz adalah "listeners" atau para pendengar Purgatory. Dan kepada interviewer yang lebih menguasai materi interview kami jabarkan kepanjangan dari kata MOGer.

    "MOGerz" adalah istilah gaul bagi para pendengar syair-syair yang kami sampaikan, termasuk bagi kami sendiri. Perbedaan antara MOGerz di dalam dan di luar band ini cuma ada di posisi dan tanggung jawab. ALLAH mengizinkan kami bertujuh berada di depan untuk menyampaikan apa yang kami tahu tentang Islam. Dalam pendekatan diri kepada ALLAH سبحانه وتعالى, kita tidak ada bedanya, kita di sini semua belajar. Semakin banyak vitamin masukan-masukan yang positif dari MOGerz lain di sekitar kami, Insya'ALLAH kami bisa lebih kuat dan solid.

    Sebagai penyampai kabar, kami MOGerz yang ada di dalam band lebih harus bisa mempertanggung-jawabkan setiap kabar yang kami sampaikan. MOGerz lain yang di luar band juga punya tanggung-jawab sendiri, karena sudah mengaku sebagai bagian dari MOGerz = fans dan pengikut Rasulullah صلى الله عليه وسلم.

    Lalu, setelah kita menyatakan diri sebagai MOGerz, kita tanya diri sendiri:
    Apakah kita mendekati perzinahan?
    Minum alkohol? Bilang "Assalamu 'alaikum, bang" tapi mulut bau anggur?
    Bangga mengeluarkan ucapan-ucapan kasar atau kotor?
    Bangga lepas Sholat?
    Senang membuat kerusuhan?
    Senang mempergunjing keburukan orang lain atau sesama MOGerz?
    Gampang ikut campur masalah pribadi orang lain? Gampang minta orang lain ikut campur masalah pribadi kita? ...dll

    ...fans dan pengikut Rasulullah صلى الله عليه وسلم ?

    Perlu kita ingat sama-sama, setan sangat tidak menyukai adanya kumpulan orang-orang yang takut berbuat dosa dan kompak, apalagi juga berusaha mempertanggung-jawabkan 'ibadah mereka. Setan benar-benar menunggu sampai orang-orang di lingkungan seperti ini lengah.
    Contoh:
    Pada saat kita dikondisikan terpisah > terpencar ke lingkungan yang berbeda-beda > lalu akrab dengan orang-orang yang sepertinya ok > lalu komunikasi antar sesama semakin tidak lancar. Kalau komunikasi sudah tidak lancar, ini bisa menimbulkan masalah ke mana saja, dan semakin parah. Ini biasanya di saat mereka disibukkan oleh pekerjaan/urusan masing-masing. Berkumpul ini benar-benar berbeda dengan berpisah-pisah atau terpecah-belah. Ada kekuatan lebih untuk menjaga 'ibadah dan perbuatan di saat kita berkumpul bersama orang-orang yang takut berbuat dosa.

    Kalau setan tidak suka dengan kita, mereka akan masuk lewat kesenangan-kesenangan, supaya kita lupa dan larut dalam kesenangan-kesenangan.

    Kalau lewat kesenangan tidak tembus juga, mereka akan masuk lewat kesulitan-kesulitan, supaya kita panik lalu merasa jadi orang yang paling susah sedunia.

    Kalau lewat kesulitan tidak tembus juga, mereka akan masuk lewat rasa memiliki, supaya kita takut kehilangan apa-apa yang "kita kira milik kita".

    Kalau lewat rasa memiliki tidak tembus juga, mereka akan masuk lewat pembenaran, supaya kita merasa lebih benar atau lebih baik atau lebih suci daripada orang lain.

    Kalau lewat pembenaran tidak tembus juga, mereka akan masuk lewat kebencian, supaya kita sensitif lalu membenci lagi apa yang tidak kita sukai.

    ...dan seterusnya. Na'udzu bi ALLAH min dzalik.

    Kalau setelah semua itu masih tidak tembus juga dan kita sadar setan sedang mengeroyok, kita semakin memohon perlindungan ALLAH, maka setan "akan cari" siapa orang-orang di dekat kita yang paling lemah dan tidak berlindung kepada ALLAH.

    Ini pola standar setan memecah-belah kesatuan.
    Kekuatan lebih dari tetap berkumpulnya orang-orang dalam lingkungan ini, adalah semata karena sama-sama memohon perlindungan dari ALLAH. Tapi sebaliknya, kalau kita di dalam lingkungan yang lemah iman dan perbuatan, semakin hari keyakinan dan ketegaran kita semakin menipis.
    Hati-hati bagi yang merasa kuat berdiri sendiri di antara orang-orang lemah iman, karena biasanya kekuatan itu merosot drastis "tanpa terasa".

    أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
    "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru TUHANnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-NYA; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah KAMI lalaikan dari mengingati KAMI, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."
    Qur'an Surah al-Kahfi (18), ayat 28

    Namun bagaimanapun juga kita perlu jeli berhati-hati akan adanya sifat "merasa lebih baik dari orang lain" dalam diri kita. Satu hal yang membuat Iblis menjadi terlaknat adalah karena dia merasa lebih baik daripada Nabi Adam عليه السلام.

    Bismillah, syi'ar Islam ini sekarang menjadi alasan utama kami untuk tetap bertahan ada dalam band ini dan berkomunikasi dengan MOGerz lain di luar band. Sekarang yang paling kami butuh adalah kekompakan antara kami dan MOGerz lain di mana-mana. Dalam Islam, semua moment adalah takdir ALLAH, tidak ada yang percuma kalau kita bisa ambil ilmu dan hikmahnya, termasuk moment berkumpulnya kita di sini sekarang.

    Saat ini dan seterusnya kami benar-benar membutuhkan dukungan dan doa-doa kalian, guys. Karena para penyair gampang terjerumus ke neraka, ALLAH sudah memperingati hal ini dalam al-Qur'an ayat-ayat akhir Surah asy-Syu'araa (ayat 221-226).
    Kami berlindung kepada ALLAH dari hal itu... Na'udzu bi ALLAH min dzalik.
    Doakan kami supaya bisa menjadi bagian dari penyair-penyair yang mendapatkan pengecualian dari ALLAH, sebagaimana 1 ayat terakhir dalam Surah yang sama (kelanjutan dari 6 ayat tadi): Qur'an Surah Asy-Syu'ara (26) ayat 227.
    Amin.
    _____________________________________________________________
    Catatan tambahan:

    Sementara ini mungkin lingkungan MOGerz ini memang belum bisa terlepas sepenuhnya dari bentuk pengidolaan kebanyakan orang di dalamnya atas keberadaan band Purgatory.

    Bagi saudara-saudara muslim yang keberatan dengan status sebutan MOGerz, atas dasar bentuk pengidolaan tadi, atau bahkan mengkhawatirkan asumsi keanggotaan dalam "fans" club, dan lain-lain:

    Insya'ALLAH MOGerz akan memaklumi dan tidak mempermasalahkan kekhawatiran itu. Sebagaimana juga note di atas perlu dibaca lagi > bahwa adanya wadah ini adalah "justru" difungsikan untuk mengikis asumsi yang demikian. Insya'ALLAH.

    Kekuatan dan persatuan ini tidak akan pernah berpatokan pada jumlah, tetapi adalah pada kualitas. Semakin solid kualitas pembuktian MOGerz, maka Insya'ALLAH jumlah pun akan semakin menjalar setelahnya.

    MOGerz BUKANLAH orang-orang yang sudah HEBAT dalam urusan agama,
    tapi MOGerz ADALAH orang-orang yang mau belajar untuk lebih mengenal agamanya sendiri di tengah masa "budaya propaganda perusakan generasi" ini.
    Sama-sama belajar mempraktekkan prilaku Mendekati Agama Menjauhi Dosa.


    Undo my death, my Almighty GOD. I beg You, let me live...,,, "I once thought "Life would end by the time I die" Let me live once more, I didn't know how to save my last breath,Let me,live once more,ONCE MORE!!!

    Thursday, July 28, 2011

    _______________BROKEN DOWN________________

    _______________BROKEN DOWN________________
    Bertobatlah !!! Kerajaan Allah di dunia sudah dekat


    Semoga terjadi seperti yang dijanjikan, …
    Warning !!! Hari Pembalasan sudah dekat !!!
    Berhentilah membuat kerusakan di muka bumi.
    Apa pendapat anda jika ternyata surga dan neraka adalah ternyata di dunia ini ?
    Silakan tulis pendapat anda.

    Andie Fajariel Mohammed ALBUMS

    04:04

    bukan q yg menuliskan tulisan ini jg bukan untukmu tulisan ini
    mana mungkin kau bisa mmbnci dirimu sndiri kalo bukan aku yang mmbncinya.cobalah mngerti ada seseorang yang mmbnci skaligus mncintaimu dgn sgt dalam.
    bukan aku tapi dia
    kau tak tau siapa dia kan?
    karna kau tak pernah bisa mlihatnya dgn mata ataupun hatimu.
    dia mlihatmu tersnyum.mlhat matamu dgn dalam saat didekatmu brharap kau bisa mmbacanya
    kau benar2 pcundang yang takut mncintainya
    kau tak punya kberanian lebih untuk mncintainya
    kau tak mau mncoba
    kau benar2 payah.
    percuma saja dia memujimu dgn hatinya yg berantakan
    kau benar2 payah.
    PAYAH!.

    aid nagned natesrep

    untukmu H*y ******2'u
    kita tak kan kalah ****#u#kan l*g* tenang,
    raihlah ketinggian karena mimpi tersenbunyi
    di malammu bermimpilah dalam2
    krna mimpi awal dari sebuah kehidupan,karna mimpi mengawali sbuah TUJUAN.
    kita bisa bertahan lwati ini smua persetan dengan dia.lepaskan masalalu.cobalah maju ke depan.
    PERSETAN DENGAN DIA!!!

    anthem of tomorrow

    q trdiam dan biarkan tenggelam pada?waktu yang lama q tetap trdiam
    semua ku tinggalkan tanpa alasan.
    semua ku tinggalkan dalam tenang.....
    pastikan mimpiku tetap brdiri dan tak padam
    di sudut yang tlah lama trlupakan....
    '* 91:0;/1 2*' "/0#*2-0 '2_0/05/
    q bersandar tuk lnjutkan kesEnangan(KETENANGAN)
    DAN BIARKAN sinar diri ini padam
    berpalinglah bila inginkan damai khayalmu tak kan sirna.
    berlari dan, tingglkan asa ragumu
    KAU AKAN TERBIASA!!!!!!
    pastikan mimpiku akan mnjd nyata(_DALAM TENANG_)

    Saturday, July 16, 2011

    Ketahuilah bahwa sesungguhnya hidup adalah abadi.

    Ketahuilah bahwa sesungguhnya hidup adalah abadi.
    Sesungguhnya tidak ada kematian bagi makhluk setelah dihidupkan. Karena sesungguhnya kehidupan berasal dari kematian. Siklus yang berulang. Karena dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya selama dan ketika hidup.
    Bumi adalah pilot project bagi sebuah kehidupan dalam alam semesta ini. Sebuah eksperimen yang sangat panjang untuk sebuah kehidupan. Terutama adalah untuk kehidupan makhluk bernama manusia.
    Adalah tugas dan tanggungjawab umat manusia setelah mereka diutus sebagai khalifah di muka bumi, terutama bagi mereka yang hidup pada jaman akhir adalah untuk tetap dan terus menjaga kelangsungan dan kelestarian hidup di muka bumi.
    Jika proyek untuk melangsungkan hidup ini gagal, dosa paling berat yang harus dipikul oleh mereka yang hidup pada jaman akhir. Bumi ini seluruhnya menjadi neraka bagi mereka.

    Tidur adalah Kenikmatan yang Harus Dibayar Mahal

    Tidak banyak orang menyadari bahwa ternyata untuk dapat tidur nyenyak adalah sebuah kenikmatan yang tak ternilai harganya.

    Kenikmatan tarhadap makanan lezat masih jauh lebih murah daripada biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli sebuah kenikmatan tidur. Banyak orang yang dapat tidur pulas beberapa menit setelah berbaring. Banyak orang bisa tidur sambil duduk. Bahkan ada orang tertentu dapat tidur sambil berjalan. Golongan orang-orang semacam ini adalah orang yang tidak bisa menghargai kenikmatan tidur atau paling tidak adalah golongan orang yang tidak menyadari tentang kenikmatan tidur. Tidur adalah hal sehari-hari yang biasa yang tidak ada harganya.

    Bagi sebagian orang yang lain, adalah suatu hal yang sangat mahal dan berharga untuk dapat tidur terlelap.  Mereka harus dengan setia mengunjungi psikiater untuk dapat memperoleh obat, hanya sekedar untuk dapat tidur. Harus selalu mengkonsumsi obat-obat dalam golongan daftar G atau narkotika. Dan tentunya hal ini harus dengan menebus resep dengan harga mahal.

    Saya sempat menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang harus membeli tidur. Untuk dapat tidur semalam saya harus menelan obat seharga Rp 10.000,- sekali minum. Obat andalan terakhir adalah Sizoril atau Clozaril untuk merek dagang dari Clozapine. Obat jenis lain sudah tidak mampu menidurkan saya kecuali injeksi dengan obat bius.

    Tuhan tidak mengantuk dan tidak tidur.

    Adalah potongan ayat dari ayat kursi yang menjadi pemicu atau penyebab saya tidak bisa tidur, waktu itu. Syukurlah saat ini saya sudah tidak terlalu terganggu oleh problem tidur. Meski masih sulit tidur, saya sudah tidak lagi tergantung pada obat tidur.

    Dalam rangka berupaya mendekatkan diri dan makrifatullah, setelah mempelajari ayat kursi, saya mulai tirakat untuk tidak tidur. Awalnya adalah tidak tidur selama 3 hari nonstop, kemudian 7 hari nonstop.

    Bagaimana mungkin saya dapat mengakui bahwa saya adalah seorang hamba jika sehari-hari kerjanya hanya tidur. Ketika mengetahui dari ayat kursi di atas, bahwa Tuhan tidak mengantuk dan tidak tidur. Padahal sudah bekerja sepanjang masa menciptakan alam semesta dan segala makhluk. Berjaga sepanjang hari sepanjang masa. Dan sampai saat ini masih selalu berjaga bekerja memberi petunjuk kepada hamba-hamba atau orang lain yang dikehendaki. Senantiasa mengurus makhluk.

    Wallahu ‘alam bisahawab.