Saturday, July 16, 2011

tuhan bukan kata makian

by Andik Fajarill Muhammad on Saturday, March 5, 2011 at 9:33pm
Setiap terbangun di pagi hari, selalu ada rencana yang tersusun di dalam benak diri, akan ke manakah hari ini. Melakukan sesuatu, beraktivitas dan pergi keluar rumah. Menyusuri waktu, mengisinya dengan hal-hal berguna. Berangkat ke kantor bagi karyawan, menuju kampus atau sekolah bagi pelajar, pergi ke pasar bagi ibu rumah tangga dan terus berpeluang bagi yang belum berpenghasilan tatap
Tapi apakah pernah terpikir, bangun di satu pagi tanpa rancangan dan susunan rencana?

Bangun dalam kondisi bingung mau berbuat apa karena memang tak ada yang bisa dikerjakan akibat keterbatasan kemampuan. Tatapan mata kosong, memandang waktu yang terus bergulir sampai di penghujung, menjalani hari tanpa ekspresi juga pikiran yang sehat, memadati sudut-sudut jalan dan ujung-ujung gang dengan ketidakmampuan diri dalam berkompetisi di kehidupan.

Sampai ada yang menghampiri, mengulurkan tangan untuk dijadikan orang yang berguna.

Diajari segala kebaikan dalam format agama.

Apapun adanya, segala kebaikan itu harus berguna bagi orang banyak, tak hanya kebaikan dalam sudut pandang sendiri, golongan, apalagi pribadi.

Namun anehnya, ketika kebathilan terpampang gamblang di muka bumi, semuanya diperangi. Dibabat habis atas nama kebenaran dan agama. Berteriak lantang menyebut-nyebut nama Tuhan lantas memukul orang, membakar tempat, bahkan membunuh jiwa-jiwa yang masih labil dan bingung dengan kehidupan di masa sekarang.

Lantas apa bedanya dengan kalimat geram yang dilontarkan saat melakukan????he he he

Tak beda dengan perkelahian jalanan di mana sebelum memukul, sang jagoan harus mengeluarkan kalimat makian dan umpatan kotor.


 "jancuk"
 "Anjing!"

"Setan!"

"Bangsat!"

"Kont***!" (Sensor!)

"Ngent***!" (Sensor!)
ASS#
KEPA##T Dsb,,,

 jg Dan sebagainya, dan sebagainya, lantas aksi itu dilakukan. Memukul, menghantam, menganiaya, membakar tempat, juga membunuh banyak jiwa, seolah kebenaran hanya ada dalam dirinya sendiri tanpa kompromi. Kebenaran subyektif yang tidak mau memperhatikan bahwa objek penderitanya juga masih bingung menghadapi kehidupan yang serba semu, menjalani hari dan waktu dalam labil, berada di tengah-tengah kegalauan masa yang serba membingungkan antara yang baik dan yang buruk, antara yang halal dan yang haram.

Format apa pula yang membuat kita harus mengambil-alih peran Tuhan dalam bentukan penghakiman?

* * * * *

Dalam satu riwayat dikisahkan ada seorang murid dari sebuah pesantren. Satu ketika ia berubah total dari aturan pesantren. Bila di keseharian seragam pesantren adalah putih-putih sebagai simbol kesucian, ia berganti rupa memakai kostum warna hitam-hitam. Hari-hari dilewati dengan selalu menunduk, diam dan tak banyak bicara.

Sampai ada salah seorang temannya yang peduli, bertanya;

"Kamu ini ada apa? Hari-harimu diisi dengan banyak diam dan murung, ditambah lagi kenapa kamu berpakaian hitam-hitam begitu? Kamu mengerti 'kan kalau seragam pesantren kita itu putih-putih? Nanti kalau Kyai marah bagaimana? Ada apa sebenarnya? Bila ada apa-apa ceritakan ke aku saja, aku ini sahabatmu, siapa tahu aku bisa membantu..."

"Tak ada apa-apa, saya hanya sedang bersedih, saya sedang berkabung..."

"Innalillahi wa inna illaihi roji'un! Siapa yang meninggal? Siapa?"

"Yang meninggal bukan siapa-siapa, kamu pasti takkan mau tau siapa yang meninggal..."

"Eh, kita ini Muslim, sebagai Muslim kita ini bersaudara dan sudah sewajarnya juga kita sebagai sesama Muslim harus saling bantu-membantu dalam kebaikan. Siapa yang meninggal? Aku harus tahu dong!"

"Itu... Tuhanku yang meninggal..."

"Astaghfirullah al adzim! Murtad kamu!"

Si teman itu berlalu meninggalkan santri yang masih saja terdiam dan tertunduk sedih, mengadukan pada Sang Kyai perihal kemurtadan rekannya yang berbaju hitam-hitam. Muka Kyai merah padam mendengarnya dan ia langsung memanggil santrinya yang dianggap sudah menyimpang, menyidangnya, lalu menanyakan segala alasan-alasan atas kemurtadan itu.

"Saya dengar kamu mengatakan tuhan kamu sudah meninggal. Kamu tau resikonya menjadi murtad dengan perkataan itu?"

"Saya tahu Kyai, saya sadar atas apa yang sudah saya ucapkan. Saya juga siap menerima resiko atas apa yang sudah saya ucapkan itu..."

Berdasarkan hukum yang berlaku, santri berseragam hitam-hitam yang dianggap murtad itu lalu dikubur sebatas kepala dan siap untuk dihukum rajam, dihadiri oleh murid-murid lainnya di pesantren. Namun sebelum hukuman dilaksanakan, Kyai yang berusaha menyelami pikirannya, menanyakan lagi ketegasan atas perkataan itu.

"Sebelum hukuman dilaksanakan, saya ingin menanyakan alasan perkataan itu juga permintaan kamu terakhir kali. Apa maksud kamu mengatakan tuhan itu sudah mati? Apa benar menurutmu Tuhan sudah mati? Sebenarnya siapa Tuhan kamu? Apa permintaan terakhirmu sebelum hukuman ini dilaksanakan?"

"Benar Kyai. Tuhan saya sudah mati. Selama ini saya salah memilih Tuhan dan tuhan yang saya sembah itu sudah mati. Saya tak ada permintaan apa-apa. Silahkan bila Kyai ingin menghukum. Saya ikhlas, saya rela..."

Sang Kyai menggeleng-gelengkan kepala. Ada geram karena ilmu yang diajarkannya tak masuk ke otak dan hati muridnya ini. Ia berkata pada santri berbaju hitam-hitam itu sebelum hukuman dilaksanakan.

"Sekarang! Sebutkan kalimat Ilahiyah sebelum hukuman ini dijalankan untuk memudahkan kematianmu! Lancang sekali kamu mengatakan bahwa Tuhan itu sudah mati! Siapa sebenarnya Tuhan yang kamu sembah?!"

"Tuhan yang saya sembah selama ini bukan Allah SWT, tuhan yang saya sembah selama ini adalah iri, dengki, kebencian, kehasutan, kesombongan, dan kebenaran atas dasar subyektivitas pribadi. Tuhan-tuhan saya itu sekarang sudah mati. Silahkan bila Kyai ingin menghukum. Saya sudah siap, saya ikhlas dan saya rela... Asyhadu alla illaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah..."

Batu-batu yang dipegang oleh para guru dan murid di pesantren, yang sekiranya siap dilontarkan untuk santri yang dianggap murtad, terjatuh lunglai dari tangan mereka. Genangan air yang ada di pelupuk mata makin membuncah, tumpah membasahi pipi mereka masing-masing. Sang Kyai dengan hati tak karuan, mengangkat santri yang terkubur sebatas kepala yang dianggapnya murtad tadi, memeluknya erat, lalu menciumnya dengan penuh haru.

"Terima kasih ya Allah, sudah memberikan kami pelajaran yang sangat berharga di pagi ini..."

<span>Sumber cerita</span>: Kisah-kisah sufi, judul bukunya lupa, udah lama banget soalnya...

* * * * *

Susahnya hidup di dunia yang serba semu, segala sesuatu didasarkan kebenaran atas subyektifitas pribadi. Kehidupan yang kibriya, kehidupan yang tak mengenal batas antara halal dan haram menjadi sulit untuk dipilih.

Hal-hal apa pula yang membuat manusia ingin menghapus keberagaman yang ada hingga segala sesuatu itu harus dibentuk menjadi sama warna dan serupa?

Ya Tuhan, berikanlah kami selalu hal-hal yang terbaik, meski kami teramat sering menjauhi-Mu, membuang-Mu dalam kata-kata makian kami, menjadikan-Mu simbol-simbol belaka dalam kehidupan. Dekatkan hati kami dengan-Mu ya Tuhan...
Posted by andix fajarill at 8:39 AM
· · Share · Delete



    • Mutilated Still Born panjang bener catatannya...
      March 6 at 8:53pm ·

    • Andik Fajarill Muhammad HARUSSS WKWKWK
      March 6 at 8:53pm ·

    • Mutilated Still Born ada yg slahkah dgn pakaian hitam??
      March 6 at 8:58pm ·

    • Andik Fajarill Muhammad NOTHING,,,red is a new BLACK daripada pink hehehehhe
      March 6 at 9:01pm ·

    • Mutilated Still Born pink juga lucu kog,haha .tuhan mereka ada di tv,majalah,di mall2..
      March 6 at 9:06pm ·

    • Andik Fajarill Muhammad IYA,,,TUHANNYA KADANG JG DI DALAM VIDEO....he he he,,,dah ahh jgn ngomongin tuhan,,,mskipun jesus,,buddha rulai,,allah swt skalipun,,sekalipun,,tuhan​ bukan mainan...dosa,,hiiiii
      catatan ini kan cuma cerita ambil hikmahnya...
      dah mau tidur bro...
      meski metal jgn lupa shalat,,,,abis shalat dengerin dech under... lg wkwkwkkw

      March 6 at 9:15pm · · 1 person

    • Mutilated Still Born bg saya,metal hanya musik bkn gaya hidup.. saya ttp manusia berTUHAN.. he
      March 6 at 9:41pm ·

    • Andik Fajarill Muhammad KEEP \m/
      March 8 at 2:02pm ·

No comments:

Post a Comment