Saturday, August 6, 2011

Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

oleh Muhammad Andik pada 21 Oktober 2011 jam 23:18

Penulis : Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, kita semua tentu menginginkannya. Hanya yang perlu untuk kita pertanyakan bagaimana cara untuk meraih keduanya. Sementara, kita yakini bersama bahwa Islam adalah agama yang ajarannya universal (menyeluruh). Islam satu-satunya agama yang mendapatkan legitimasi (pengakuan) dari Sang Pemiliknya Jalla Sya’nuhu.
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin. Tidak didapatkan satu ajaranpun dalam Islam yang merugikan para pemeluknya, tidak ditemukan satu prinsippun dalam Islam yang mencelakakan para penganutnya. Tetapi pada kenyataannya banyak kalangan yang hanya menitikberatkan perhatiannya pada dunia dan bagaimana cara untuk mendapatkannya.
Padahal Allah telah mengingatkan kita dengan firman-Nya, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridloannya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al Hadid: 20).

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka telah usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Huud: 15-16).
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, petunjuk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah sebaik-baik petunjuk. Siapa yang mengambilnya ia akan bahagia dan yang meninggalkannya akan celaka. Allah berfirman, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS An Nuur: 63).
Terbukti generasi yang bersamanya, yakni generasi para sahabat meraih gelar terbaik umat ini, karena mereka mengambil petunjuknya. Itulah mereka para sahabat yang telah berhasil meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Bagaimana tidak, sedang mereka mendapatkan bimbingan tauhid selama kurang lebih 13 tahun hingga akhirnya mereka memiliki landasan yang kokoh dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, tauhid itulah sebagai landasan yang menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Sebab mentauhidkan Allah adalah tujuan diciptakannya manusia. Allah berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzariyaat: 56). Ibnu Katsir berkata: makna “ya’buduun” dalam ayat ini adalah “yuwahhiduun” (mentauhidkan Allah). Al Imam Al Baghowi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Ibnu Abbas RA mengatakan: “Setiap perintah beribadah dalam Al Qur’an maka maknanya adalah tauhid.”
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, bagaimana tidak dikatakan bahwa tauhid sebagai landasan yang akan menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan Allah meridloi ahli tauhid. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya Allah meridloi kalian tiga perkara: kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berpegang teguh dengan tali Allah semuanya dan jangan bercerai berai, dan memberikan nasihat kepada orang yang Allah jadikan pemimpin atas urusan-urusan kalian.” (HR Muslim dari Abu Hurairoh).
Itulah tauhid, tauhid adalah sebagai jalan untuk mendapatkan dua kebahagiaan tersebut, sebab dengan menegakkan tauhid berarti menegakkan keadilan yang paling adil. Sementara tujuan Allah mengutus rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya adalah supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Allah berfirman, “Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyatam dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS Al Hadiid: 25).
Tauhid sebagai landasan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat karena keamanan serta petunjuk di dunia dan akhirat hanya akan dicapai oleh para ahli tauhid. Allah berfirman, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al An’aam: 82). Berkata Ibnu Katsir pada ayat ini: “Yaitu mereka yang memurnikan ibadahnya untuk Allah saja dan tidak berbuat kesyirikan dengan sesuatu apapun, mereka mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan petunjuk di dunia dan akhirat.”
Jadi memang tauhidlah yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki. Karena khilafah di muka bumi serta kehidupan yang damai, aman, dan sentosa berbangsa dan benegara hanya akan diraih melalui tauhid. Allah berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.
Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridloinya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, semula mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An Nuur: 55).
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, ahli tauhid mereka orang-orang yang akan mendapatkan jaminan surga dari Allah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya, ia akan masuk neraka.” (HR Muslim dari Jabir bin Abdillah). Ahli tauhid mereka orang-orang yang akan berbahagia dengan syafa’atnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Abu Hurairoh bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam, “Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan ‘laa ilaaha illallah’ ikhlas dari lubuk hatinya.” (HR Bukhori dari Abi Hurairoh).
Ahli tauhid mereka orang-orang yang terjaga dan terpelihara darah dan hartanya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukannya, mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali dengan hak-hak Islam, dan perhitungannya atas Allah.” (HR Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar).
Demikianlah para pembaca -kaum muslimin- tauhid adalah rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat, karena yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba adalah tauhid. Allah berfirman, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilah yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS Al Anbiyaa: 25).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata kepada sahabat Muadz bin Jabal RA ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari Ahli Kitab. Jika Engkau mendatanginya maka serukanlah kepada mereka supaya mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah -yang berhak untuk diibadahi- kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Ibnu Abbas RA).
Imam Al Hafizh Al Hakami mengatakan, “Kewajiban pertama atas hamba, mengenal Ar Rahmaan (Allah) dengan tauhid.” Dan tauhid juga yang menjadi kewajiban terakhir atas seorang hamba, ketika menjelang kematiannya Abu Tholib, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam datang menemuinya dan berkata, “Wahai paman, ucapkanlah ‘laa ilaaha illallah’, kalimat yang menjadi hujjah untukmu di sisi Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Sa’id ibnul Musayyab dari bapaknya (Musayyab)).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapannya ‘laa ilaaha illallah’, ia akan masuk surga.” Semoga Allah memberikan taufiq kepada yang dicintai dan diridloinya. Amin ya Mujibas sailiin.
(Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf dari Bulletin al Wala wal Bara Edisi ke-7 Tahun ke-1 / 24 Januari 2003 M / 21 Dzul Qo’dah 1423 H. Judul asli Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat. Url sumber http://fdawj.atspace.org/awwb/th1/7.htm)

    Wednesday, August 3, 2011

    ALBUM PURGATORY 7:172



    Di album 7:172 ada salah satu lagu yg berjudul M.O.G.S.A.W, singkatan dari Messenger Of GOD Shalallahu 'Alaihi Wassalam.

    MOGerz adalah istilah bagi orang-orang yang pro dengan Purgatory, mulai digunakan sejak masa release album 7:172 ini. Beberapa saat setelah itu, kami mulai risih dengan kata-kata MOGerz adalah istilah buat "fans" dari Purgatory, tapi pada masa-masa itu belum ada solusi untuk mengatasi risih ini. Bagaimana kami tidak risih, seharusnya istilah MOGerz ini diperuntukkan bagi para fans dan pengikut Messenger Of GOD صلى الله عليه وسلم, bukan fans dari Purgatory. Karena kami sendiri juga adalah MOGerz, fans dan pengikut Rasulullah صلى الله عليه وسلم, alhamdulillah.

    Sekarang apabila media bertanya "apakah itu MOGerz?", kami tidak pernah lagi bilang fans/penggemar, tapi kami bilang MOGerz adalah "listeners" atau para pendengar Purgatory. Dan kepada interviewer yang lebih menguasai materi interview kami jabarkan kepanjangan dari kata MOGer.

    "MOGerz" adalah istilah gaul bagi para pendengar syair-syair yang kami sampaikan, termasuk bagi kami sendiri. Perbedaan antara MOGerz di dalam dan di luar band ini cuma ada di posisi dan tanggung jawab. ALLAH mengizinkan kami bertujuh berada di depan untuk menyampaikan apa yang kami tahu tentang Islam. Dalam pendekatan diri kepada ALLAH سبحانه وتعالى, kita tidak ada bedanya, kita di sini semua belajar. Semakin banyak vitamin masukan-masukan yang positif dari MOGerz lain di sekitar kami, Insya'ALLAH kami bisa lebih kuat dan solid.

    Sebagai penyampai kabar, kami MOGerz yang ada di dalam band lebih harus bisa mempertanggung-jawabkan setiap kabar yang kami sampaikan. MOGerz lain yang di luar band juga punya tanggung-jawab sendiri, karena sudah mengaku sebagai bagian dari MOGerz = fans dan pengikut Rasulullah صلى الله عليه وسلم.

    Lalu, setelah kita menyatakan diri sebagai MOGerz, kita tanya diri sendiri:
    Apakah kita mendekati perzinahan?
    Minum alkohol? Bilang "Assalamu 'alaikum, bang" tapi mulut bau anggur?
    Bangga mengeluarkan ucapan-ucapan kasar atau kotor?
    Bangga lepas Sholat?
    Senang membuat kerusuhan?
    Senang mempergunjing keburukan orang lain atau sesama MOGerz?
    Gampang ikut campur masalah pribadi orang lain? Gampang minta orang lain ikut campur masalah pribadi kita? ...dll

    ...fans dan pengikut Rasulullah صلى الله عليه وسلم ?

    Perlu kita ingat sama-sama, setan sangat tidak menyukai adanya kumpulan orang-orang yang takut berbuat dosa dan kompak, apalagi juga berusaha mempertanggung-jawabkan 'ibadah mereka. Setan benar-benar menunggu sampai orang-orang di lingkungan seperti ini lengah.
    Contoh:
    Pada saat kita dikondisikan terpisah > terpencar ke lingkungan yang berbeda-beda > lalu akrab dengan orang-orang yang sepertinya ok > lalu komunikasi antar sesama semakin tidak lancar. Kalau komunikasi sudah tidak lancar, ini bisa menimbulkan masalah ke mana saja, dan semakin parah. Ini biasanya di saat mereka disibukkan oleh pekerjaan/urusan masing-masing. Berkumpul ini benar-benar berbeda dengan berpisah-pisah atau terpecah-belah. Ada kekuatan lebih untuk menjaga 'ibadah dan perbuatan di saat kita berkumpul bersama orang-orang yang takut berbuat dosa.

    Kalau setan tidak suka dengan kita, mereka akan masuk lewat kesenangan-kesenangan, supaya kita lupa dan larut dalam kesenangan-kesenangan.

    Kalau lewat kesenangan tidak tembus juga, mereka akan masuk lewat kesulitan-kesulitan, supaya kita panik lalu merasa jadi orang yang paling susah sedunia.

    Kalau lewat kesulitan tidak tembus juga, mereka akan masuk lewat rasa memiliki, supaya kita takut kehilangan apa-apa yang "kita kira milik kita".

    Kalau lewat rasa memiliki tidak tembus juga, mereka akan masuk lewat pembenaran, supaya kita merasa lebih benar atau lebih baik atau lebih suci daripada orang lain.

    Kalau lewat pembenaran tidak tembus juga, mereka akan masuk lewat kebencian, supaya kita sensitif lalu membenci lagi apa yang tidak kita sukai.

    ...dan seterusnya. Na'udzu bi ALLAH min dzalik.

    Kalau setelah semua itu masih tidak tembus juga dan kita sadar setan sedang mengeroyok, kita semakin memohon perlindungan ALLAH, maka setan "akan cari" siapa orang-orang di dekat kita yang paling lemah dan tidak berlindung kepada ALLAH.

    Ini pola standar setan memecah-belah kesatuan.
    Kekuatan lebih dari tetap berkumpulnya orang-orang dalam lingkungan ini, adalah semata karena sama-sama memohon perlindungan dari ALLAH. Tapi sebaliknya, kalau kita di dalam lingkungan yang lemah iman dan perbuatan, semakin hari keyakinan dan ketegaran kita semakin menipis.
    Hati-hati bagi yang merasa kuat berdiri sendiri di antara orang-orang lemah iman, karena biasanya kekuatan itu merosot drastis "tanpa terasa".

    أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
    "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru TUHANnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-NYA; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah KAMI lalaikan dari mengingati KAMI, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."
    Qur'an Surah al-Kahfi (18), ayat 28

    Namun bagaimanapun juga kita perlu jeli berhati-hati akan adanya sifat "merasa lebih baik dari orang lain" dalam diri kita. Satu hal yang membuat Iblis menjadi terlaknat adalah karena dia merasa lebih baik daripada Nabi Adam عليه السلام.

    Bismillah, syi'ar Islam ini sekarang menjadi alasan utama kami untuk tetap bertahan ada dalam band ini dan berkomunikasi dengan MOGerz lain di luar band. Sekarang yang paling kami butuh adalah kekompakan antara kami dan MOGerz lain di mana-mana. Dalam Islam, semua moment adalah takdir ALLAH, tidak ada yang percuma kalau kita bisa ambil ilmu dan hikmahnya, termasuk moment berkumpulnya kita di sini sekarang.

    Saat ini dan seterusnya kami benar-benar membutuhkan dukungan dan doa-doa kalian, guys. Karena para penyair gampang terjerumus ke neraka, ALLAH sudah memperingati hal ini dalam al-Qur'an ayat-ayat akhir Surah asy-Syu'araa (ayat 221-226).
    Kami berlindung kepada ALLAH dari hal itu... Na'udzu bi ALLAH min dzalik.
    Doakan kami supaya bisa menjadi bagian dari penyair-penyair yang mendapatkan pengecualian dari ALLAH, sebagaimana 1 ayat terakhir dalam Surah yang sama (kelanjutan dari 6 ayat tadi): Qur'an Surah Asy-Syu'ara (26) ayat 227.
    Amin.
    _____________________________________________________________
    Catatan tambahan:

    Sementara ini mungkin lingkungan MOGerz ini memang belum bisa terlepas sepenuhnya dari bentuk pengidolaan kebanyakan orang di dalamnya atas keberadaan band Purgatory.

    Bagi saudara-saudara muslim yang keberatan dengan status sebutan MOGerz, atas dasar bentuk pengidolaan tadi, atau bahkan mengkhawatirkan asumsi keanggotaan dalam "fans" club, dan lain-lain:

    Insya'ALLAH MOGerz akan memaklumi dan tidak mempermasalahkan kekhawatiran itu. Sebagaimana juga note di atas perlu dibaca lagi > bahwa adanya wadah ini adalah "justru" difungsikan untuk mengikis asumsi yang demikian. Insya'ALLAH.

    Kekuatan dan persatuan ini tidak akan pernah berpatokan pada jumlah, tetapi adalah pada kualitas. Semakin solid kualitas pembuktian MOGerz, maka Insya'ALLAH jumlah pun akan semakin menjalar setelahnya.

    MOGerz BUKANLAH orang-orang yang sudah HEBAT dalam urusan agama,
    tapi MOGerz ADALAH orang-orang yang mau belajar untuk lebih mengenal agamanya sendiri di tengah masa "budaya propaganda perusakan generasi" ini.
    Sama-sama belajar mempraktekkan prilaku Mendekati Agama Menjauhi Dosa.


    Undo my death, my Almighty GOD. I beg You, let me live...,,, "I once thought "Life would end by the time I die" Let me live once more, I didn't know how to save my last breath,Let me,live once more,ONCE MORE!!!